Rabu,
30 Januari 2013, saat di mana saya beserta teman-teman saya untuk bersama-sama
menghayati spiritualitas karmel. Yakni terdiri atas doa, persaudaraan, dan
pelayanan. Kami bertekad untuk menyegarkan jasmani dan rohani kami yang
tertuang dalam Retret Siswa Kelas X di Batu. Saya sendiri tak sabar untuk
menantikan kegiatan retret tersebut mulai malam kemarinnya. Saya berharap, saya
menemukan kesalahan-kesalahan dalam hidup, serta mendapatkan hal-hal berharga
dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan saya.
Saya mulai dengan menyiapkan
barang-barang yang akan dibawa dalam kegiatan tersebut. Besoknya, ketika saya
masih pelajaran di sekolah, saya melihat begitu banyak wajah-wajah berseri
menanti kegiatan kebersamaan tersebut. Saya pun yakin bahwa teman-teman akan
mengikuti acara demi acara dengan antusias.
Kami diberi waktu pulang pada pk.
12.00. Ketika sampai di rumah, saya langsung bersih-bersih diri dan meneliti
kembali apa yang akan saya bawa nantinya. Jujur, saya adalah orang yang paling
terlambat berkumpul di sekolah. Hal tersebut dapat terjadi karena saya
mendengar pengalaman kelas-kelas yang lain bahwa acara mulai pk.16.00.
Sedangkan kelas saya diharapkan berangkat pk.14.00. Dengan rasa menyesal, saya
langsung mengajak teman-teman untuk segera berangkat.
Sesampainya di sana, kami menunggu
hingga pk. 16.00. Kami diarahkan menuju ruang makan untuk menyantap makanan
ringan untuk menunda lapar. Setelah itu, kami diajak menuju ruang pertemuan
untuk membentuk kelompok dan pembagian kamar. Setelah kami berbaur dengan
teman-teman kami dalam kelompok, kami diajak untuk memohon perlindunganNya
dalam acara ini beberapa hari ke depan. Lalu, kami pun menuju kamar kami
masing-masing dan kembali ke ruang pertemuan.
Sebagai awal dari materi-materi kami,
Romo Sixtus menyambut kami dengan senang hati. Hingga kami diajak untuk menari
dan bergoyang bersama. Kami sungguh merasa senang dibarengi canda tawa. Pada
malamnya, kami diajak untuk mendalami spiritualias doa.
Kami dibimbing Romo Sixtus, bahwa doa
yang baik adalah doa yang keluar dari hati nurani. Kami diingatkan pada injil
tentang Yesus yang menguji iman seorang ibu yang mengharapkan anaknya sembuh.
Dari injil tersebut, saya sendiri menangkap bahwa saat kita memohon sesuatu
kepada Tuhan, hendaknya diikuti rasa syukur dan berpikiran positif bahwa Tuhan
mempunyai rencana yang indah bagi kita. Kami juga diajak untuk mendoakan
teman-teman kami.Setelah kami dibekali materi spiritualitas doa, kami menyantap
hidangan yang telah disediakan.
Dengan perut yang sudah kenyang,
setelah makan malam , kami diajak oleh kakak Pembina, seperti Kak Marchell, Kak
Willy untuk bermain. Suasana kami diwarnai dengan rasa senang dalam mengikuti game
yang beraneka ragam. Puas bersenang-senang, kami pun diajak untuk mendalami
kembali spiritualitas doa oleh kakak Pembina. Kegiatan kami tutup dengan doa
malam disertai permohanan, lalu kami beristirahat.
Hari kedua, kami diajak untuk
berpetualang bersama mendaki Gunung Banyak. Kami bersiap-siap untuk menempuh
perjalanan jauh dan medan yang berat dengan semangat yang berkobar-kobar. Kami
awali perjalanan dengan doa, dan kami berangkat. Saat kami mulai menginjak
tanah pegunungan, diri kami diwarnai dengan rasa jijik dan takut. Namun, dengan
didorongkan oleh semangat pantang menyerah dan ingin mencapai suatu tujuan,
pudarlah rasa negatif yang beraneka ragam.
Akhirnya, tibalah kami di puncak
Gunung Banyak. Hawa cukup dingin walaupun waktu menunjukkan pk. 09.00.
setibanya di sana, kami mengucap syukur dan menyantap makanan dari kakak-kakak
Pembina. Setelah itu, kami mengabadikan saat-saat berharga kami untuk
ditambahkan dalam diary kehidupan kami. Hingga pk. 11.00 kami
bersenang-senang, kami pun kembali ke Wisma Syalom tempat kami berkegiatan dengan
rasa senang dan syukur. Sesampainya kami di sana, kami pun dipersilakan
istirahat. Kakak-kakak Pembina juga menyediakan santapan jasmani dengan harapan
agar kami tetap mengikuti kegiatan dengan antusias.
Hingga
akhirnya, pk 16.00, kami diajak kakak-kakak Pembina untuk makan-makan ringan
dan mendalami spiritualitas persaudaraan. Kami diberi petuah oleh Romo Sixtus
dalam menjalankan roda persaudaraan dengan baik. Rasa saling menghargai,
menyayangi, mencintai, dan kekompakan menjadi benih yang ditanamkan Romo kepada
diri kami masing-masing. Kami pun diajak untuk mencintai teman-teman
seperjuangan dengan menulis orang yang paling kami cintai di kelas ini. Saat
dibacakan, rasa malu mendominasi perasaan kami.
Tiba
waktu kami untuk menyantap santapan jasmani. Setelah kami puas dengan santapan
jasmani tersebut, kami pun diajak kakak-kakak Pembina untuk bersenang-senang
lewat serangkaian permainan yang melatih konsentrasi dan kekeluargaan. Dan
acara puncak malam hari kedua, kami diarahkan untuk mengungkapkan uneg-uneg
dalam hati kami.
Kami
mengungkapkan apa yang dapat kami katakan. Ada yang merasa kurang nyaman dengan
perilaku teman, ada rasa penyesalan, dan ada pula rasa yakin untuk
mengungkapkan sesuatu. Saya pun ikut angkat bicara. Saya hanya menekankan bahwa
dalam kelas X-10 ini banyak timbul pikiran-pikiran negatif terhadap segala hal baik subjek maupun
kondisi yang telah dilalui bersama. Saya hanya memberikan ajakan kepada
teman-teman untuk selalu berpikiran positif terhadap segala hal. Acara hati ke
hati kami tutup dengan saling minta maaf dan doa malam.
Hari
terakhir kami larut dalam kebersamaan, kami diajak untuk bersyukur dan
menghayati spiritualitas pelayanan. Pada hari ketiga ini, kami diajak untuk
mewujudkan semangat doa dan persaudaraan lewat tindakan nyata, yang dituangkan
dalam pembuatan komitmen kelas. Dan acara puncaknya, kami diajak untuk mengucap
syukur dan menyampaikan permohonan dengan tulus lewat perayaan ekaristi. Rertet
kami tutup dengan makan siang. Sepulangnya dari sana, saya sendiri merasa tak
terbayang dapat begitu akrab dengan teman-teman.
Singkatnya,
retret ini dapat dijadikan pedoman dan pengingat dalam menggesek biola
kehidupan khususnya teman seperjuangan sehingga ikatan doa, persaudaraan, dan
pelayanan menjadi bagian dari hidup kami yang sangat berharga. Terima kasih
teman, terima kasih Dempo, dan syukur bagiMu, Allah Tritunggal!
0 komentar:
Posting Komentar