12 Juni, 2016

KEBERPIHAKKAN KEPADA KAUM MISKIN SEBAGAI BENTUK KESALEHAN SOSIAL


Setiap hari, segenap manusia di dunia bekerja untuk mendapatkan nafkah/ pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis mata pencaharian yang dilakukan menjadi tolok ukur besarnya nafkah yang diperoleh. Mata pencaharian baik membutuhkan kemampuan yang mumpuni. Kemampuan tersebut biasanya diperoleh dari pendidikan dan pelatihan. Sehingga, pada saat ini banyak lapangan pekerjaan yang membutuhkan calon pekerja yang berpendidikan tinggi dan mempunyai skill yang baik. Hal ini jelas karena tuntutan zaman yang semakin tinggi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, ideologi negara sebagai dasar berbagai sektor kenegaraan juga mempengaruhi lapangan pekerjaan yang tersedia.
            Namun, apabila kita melihat kenyataan di dunia ini, tidak semua orang memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam menjawab tantangan zaman ini. Mereka yang memiliki masalah dalam hidupnya yang menyebabkan hilangnya pekerjaan yang layak demi memenuhi kebutuhan hidup harus berjuang melalui cara yang kurang layak. Selain mereka yang kehilangan pekerjaan yang layak, banyak orang juga mempunyai masalah lain seperti masalah keluarga, ekonomi, negara, dan keadaan alam. Hal-hal tersebut membuat mereka kehilangan banyak harta dan jatuh miskin.
            Kaum miskin selalu menjadi topik pembicaraan dunia. Hal ini jelas bahwa kaum miskin sering tidak mendapat perhatian dari pihak sekitar. Kendati ingin berusaha, harta saja sanat minim, bagaimana kaum miskin dapat keluar dari garis kemiskinan lewat usaha mereka? Dar kasus inilah, muncul pemikiran bahwa kaum miskin tidak serta merta malas dalam berusaha atau bekerja. Akan tetapi, kaum miskin juga manusia yang adalah makhluk sosial. Kaum miskin juga membutuhkan dukungan dan keberpihakkan. Dukungan dan keberpihakkan yang dimaksud adalah semacam usaha sinergis dalam mengurangi angka kemiskinan yang secara realita sering terjadi.
            Keberpihakkan terhadap kaum miskin menjamin suatu kesalehan sosial yang kini kian sulit tertanam dalm diri tiap manusia. Hal ini disebabkan banyaknya orang zaman sekarang yang mementingkan kepentingan diri sendiri/ golongan tertentu daripada mementingkan kepentingan orang lain khususnya orang yang menderita dan berkekurangan.
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, miskin berarti tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah). Hal ini menunjukkan bahwa Orang Indonesia memahami kemiskinan sebagai keadaan di mana seseorang tidak mempunyai harta benda dan serba kekurangan. Sehingga kaum miskin dipandang tidak dapat berbuat banyak, karena tidak mempunyai apa-apa.
Terkait dengan keberpihakkan dengan orang miskin, negara pun telah berusaha mengangkat persamaan masyarakat (keadilan). Hal ini bertujuan agar tidak ada pembedaan antara kaum miskin dan kaum kaya. Hal ini tertuang pada sila kelima Pancasila; yakni “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Menurut Romo Gani, hal kesejahteraan sosial tersebut belum terwujud pada negara ini, masih menjadi cita-cita. Beliau berkata bahwa keadilan dapat diwujudkan apabila kita sungguh-sungguh mau memperjuangkannya. Selain itu, dalam wawancara yang dimuat website www.berdikarionline.com, Romo Gani menuturkan bahwa keserakahanlah yang membuat Negara Indonesia menjadi carut-marut. Orang yang sudah berkecukupan memakan sesamanya tanpa mempedulikan sesamanya yang menderita. Keserakahan inilah yang membuat korupsi merajalela.
Kini, masih banyak orang yang kurang peduli terhadap kaum miskin. Menurut Eric Russ, terdapat beberapa sebab kurang pedulinya seseorang terhadap kaum miskin. Hal tersebut antara lain: sikap masa bodoh, kurangnya pemahaman teologis, dosa, dan kompensasi yang berlebihan. Kurangnya pemahaman teologis menyebabkan seseorang salah menafsirkan ajaran agamanya. Biasanya banyak orang berpikir bahwa dunia ini kejam dan tidak perlu memperhatikan dunia fisik.
Melalui serangkaian penjelasan tersebut, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk mencapai kesalehan sosial dibutuhkan kepedulian khususnya pada kaum miskin atau kaum yang terpinggirkan. Selain kepedulian, setiap manusia membutuhkan pemahaman teologis yang benar terhadap ajaran agamanya. Hal ini bertujuan agar Ia merasakan kasih yang dari Tuhan yang tertuang dalam ajaran agama dan dilakukan dalam kehidupan nyata.
Sumber:
Russ, Eric. 2014. Social Concern – Caring for the Poor and Marginalized. (http://www.discipleshipdefined.com/resources/) (Online). Diakses tanggal 14 Oktober 2014.
Tanpa nama. 2015. Romo Gani: Gereja Harus Terlibat Dalam Perjuangan Kaum Miskin dan Tertindas. (http://www.berdikarionline.com/romo-gani-gereja-harus-terlibat-dalam-perjuangan-kaum-miskin-dan-tertindas/) (Online). Diakses tanggal 24 Desember 2015.


0 komentar:

Posting Komentar

Entri Populer